Oleh : Yulyani Dewi
Laki-laki adalah sosok yang ikut andil dan berkontribusi, dalam terciptanya standarisasi citra wanita.
Wanita sendiri berjuang kadang kala untuk memenuhi standar presepsi kaum Adam. Mereka menganalogikan kecantikan dalam batas sempit pemikiran bahwa cantik itu ukurannya ada di wajah dan tubuh.
Wanita berlomba-lomba untuk meningkatkan potensi dirinya demi meraih predikat cantik dan menarik, semua dilakukan untuk memuaskan pandangan baik laki-laki maupun perempuan dalam hal ini.
“Siapa sih yang tidak mau cantik?”.
CANTIK JADI RIBET DAN NGERI
RIBETNYA CANTIK!
Sekarang banyak alat make up, yang bisa menunjang kecantikan, dengan berbagai bentuk dan merk, tinggal melihat seberapa “kocek” yang kita punya. Dan seberapa banyak waktu yang tersedia untuk kita mematut diri di kaca, atau ke Salon. Wajah bulat bisa di sulap lonjong, wajah segitiga bisa di sulap oval, dan sebagainya semua lewat teknik make up. Kalau mau murah meriah ya harus bisa make up sendiri (kursus aja dong). Pengen tubuh kelihatan seksi atau lebih langsing, caranya dengan menjepitnya pakai korset, stagen, atau kemben yang sangat menyiksa. Dulu setelah melahirkan, hal itu pulalah yang saya lakukan, di tambah berbagai macam ramuan Jawa lainnya baik yang di buat “tapel” di “bobokkan” atau di minum, duh, pegelnya punggung menahan korset, stagen, dan kemben, dada sesak, ulu hati sakit, dan punggung mau rontok rasanya hehe. Susahnya jadi cantik dan langsing kembali. Jadi, cantik sama dengan ribet hehe
NGERINYA CANTIK!
“Siapa sih yang tidak mau cantik?”.
CANTIK JADI RIBET DAN NGERI
RIBETNYA CANTIK!
Sekarang banyak alat make up, yang bisa menunjang kecantikan, dengan berbagai bentuk dan merk, tinggal melihat seberapa “kocek” yang kita punya. Dan seberapa banyak waktu yang tersedia untuk kita mematut diri di kaca, atau ke Salon. Wajah bulat bisa di sulap lonjong, wajah segitiga bisa di sulap oval, dan sebagainya semua lewat teknik make up. Kalau mau murah meriah ya harus bisa make up sendiri (kursus aja dong). Pengen tubuh kelihatan seksi atau lebih langsing, caranya dengan menjepitnya pakai korset, stagen, atau kemben yang sangat menyiksa. Dulu setelah melahirkan, hal itu pulalah yang saya lakukan, di tambah berbagai macam ramuan Jawa lainnya baik yang di buat “tapel” di “bobokkan” atau di minum, duh, pegelnya punggung menahan korset, stagen, dan kemben, dada sesak, ulu hati sakit, dan punggung mau rontok rasanya hehe. Susahnya jadi cantik dan langsing kembali. Jadi, cantik sama dengan ribet hehe
NGERINYA CANTIK!